Kamis, 07 Mei 2015

Martabat Bangsa Dilecehkan Pemerintah TKI Jadi Korban.


Sekarang ini pemerintah dan banyak pihak mengatakan, TKI yang bekerja sebagai PRT diluar negeri  dituduh merendahkan   martabat Bangsa . Ini merupakan penghinaan yang jauh dari kearifan logika dan moral.

Pada dasarnya TKI adalah korban dari tindakan pemerintah yang tidak bermartabat. Jadi bukan TKI yang merendahkan martabat bangsa. Baik itu di luar Negeri maupun dalam Negeri.

Kita harus berpikir,  TKI  itu datang dari  kantong kantong kemiskinan dusun dan desa dengan pendidikan hanya SLTP bahkan SD tiba-tiba meleset jauh terbang lintas Negara meninggalkan dan melewati  jutaan Sarjana pengangguran dalam negeri  untuk pergi bekerja di luar negeri.

TKI – TKI ini masuk  diterima  menjadi keluarga  dirumah user  ( majikan ) mengurus, melayani segala kebutuhan  rumah tangga  tanpa melihat sejarah hidup dan catatan kriminal, lalu dipercaya penuh. Bukanlah ini sebuah martabat dan prestasi untuk kita banggakan?.

Mari kita bandingkan dengan sikap pemerintah  yang  menghentikan Hak Kerja Rakyat, melakukan pungutan liar disetiap layanan pablik dan koruptor. Paktek amoralitas yang  tidak pernah habis dan berhenti dalam negeri  yang nyata-nyata melanggar konstitusi dan nilai-nilai kemunisiaan.  Bukankah ini tindakan  yang merusak martabat bangsa?.

Kita harus berpikir bahwa  pesan-pesan tindakan  amoralitas  pejabat  ini telah sampai dan menjadi pembicaraan masyarakat dunia, termasuk dunia Arab, tidak ada yang bisa kita tutupi.  Lalu Siapa yang menjadi korban ketika masyarakat dunia atau Arab  berbicara tentang  korupsi, pungutan liar dll yang nyata terjadi dinegeri ini, kalau bukan TKI itu sendiri. Sebab mereka TKI berhadapan langsung dengan pertanyaan itu.

Kalau mau jujur lagi, TKI-TKI ini dengan kesantunan, kejujuran dan kepercayaan  yang didapatnya, sehingga bermartabat  bukan saja buat dirinya, juga telah berjasa berjuang  mengangkat harkat dan martabat bangsa  kita  pada masyarakat Arab.  Meskipun hati perih mendengar  pertanyaan  majikannya “ pejabat negaranya  mencuri, sogok dimana-mana dll “.

Jadi, tidak ada alasan yang cukup rasional untuk mengatakan menjadi TKI sebagai PRT di Negara Arab hanya merendahkan martabat Bangsa. Yang merendahkan martabat bangsa dimata dunia atau bangsa Arab  adalah perilaku amoral pemerintah itu sendiri. Justeru TKI menjadi korban.

Pemerintah harus bijaksana, bahwa TKI-TKI adalah profesi pekerja sedang  mencari hidup, punya cita-cita dan bermartabat  harus  dihormati.  Cukup kita lihat penderitaan mereka berjuang, tapi jangan kita bebani lagi dengan argumentasi pecik tanpa kearifan logika dan kearifan moral. Kita harus realistis, bahwa mereka menjadi TKI tidak terlepas dari akibat kehilangan ruang kerja  dari rusaknya  kinerja pemerintahan.

Pemerintah tidak boleh terjerumus dalam pemikiran murahan lantaran takut dengan tekanan pihak-pihak yang tidak memahami permasalahan  TKI. Kasihan, TKI itu adalah rakyat yang tiap hari harus makan supaya hidup. Jangan biarkan Rakyat  lapar, menjadi iri, penonton dan penghayal  karena ruang kebutuhan hidup tertutup.

Mengatakan TKI melecehkan martabat Bangsa sama halnya penghinaan bahkan menindas hak hidup TKI sebagai warga masyarakat. Sebaiknya Pemerintah mencari solusi dan realistis melihat persoalan TKI.

TKI dengan semangat yang tinggi berani mengadu nasib dinegeri orang dengan mengenyampingkan resiko sebagai konsekuensi kerja , semestinya menjadi asset  strategis  yang menguntungkan Bangsa.  Sebab, outback dari TKI adalah percepatan pertumbuhan sumber daya manusia yang paling efektif  bagi rakyat berpendidikan rendah untuk  menghadapi tantangan pertumbuhan global dan  ekonomi bebas Asia ( MEA ) yang menuntut rakyat Indonesia  untuk lebih cerdas.

Karena itu, pemerintah atau siapa saja perlu menyikapi permasalah TKI secara jernih. Gunakan naluri kemanusian secara benar, jangan kearifan logika dan kearifan moral kita simpan di pot bunga, tetapi simpanlah dikepala dan hati. Bahwa TKI tidak akan pernah merusak martabat Bangsa, melainkan korban dari akibat tindakan pemerintah yang tidak bermartabat.

.